Kamis, 09 Februari 2012

The Sweet Memory

Ini adalah minggu dimana Zza, Hestin, Anisa, dan juga Ella untuk berlibur setelah sekian lama stress akibat ujian akhir semester yang mereka jalani selama 2 minggu. Mereka sudah bersahabat sejak kecil, mereka tinggal di satu komplek perumahan yang ada di pinggiran kota tahu itu. Mereka berempat bersepakat untuk mengadakan liburan bersama ke luar kota. Dan akhirnya mereka menjatuhkan pilihannya ke kota gudeg, yaitu Yogyakata. Akhirnya hari yang ditentukan untuk berangkat berlibur telah tiba. Mereka melakukan perjalanan dengan kereta api. Mereka janjian untuk bertemu di stasiun Kota Kediri.
                Zza sudah datang sedari tadi duduk di depan peron, menunggu kedatangan sahabat-sahabatnya. Dia berdiri menyandar tembok dingin bercat kuning, bangunan yang sangat terlihat klasik, usianya jauh lebih tua dibanding usia dirinya. Tiba-tiba Ella dan Anisa datang.
                “Zza, Kamu udah datang dari tadi ?” Tanya Ella sambil menaruh tasnya dilantai.
                “Yaaah… gak lihat apa udah jamuran niiih,” jawab Zza sewot.
                “Hmm, nunggu gitu doank udah marah-marah, tau gak kalau Kamu kayak gitu yang ada mukamu tuh jadi mirip emak-emak usia 50-an tau,” timpal Anisa.
                “Noooh, bener kata Anisa..” kata Ella.
                “Idiih… Apa-apaan sih ini ?? Malah nyumpahin aku kayak emak-emak,” jawab Zza.
                Ella dan Anisa hanya tersenyum..
“ Udah hampir jam 2 nih, Hestin mana sih ??” lanjut Zza
“Sabar… bentar lagi juga nyampe,” jawab Anisa
Sejenak hening, mereka sibuk memeriksa barang bawaan masing-masing. Tiba- tiba Hestin datang setengah berlari diikuti seorang cowok yang agak bertampang kriminal dibelakangnya.
“Heeeiiii… Teman-teman maaf yah aku telat, tapi belum telat keretanya kan ??” tanya Hestin sambil mengatur pernafasannya.
“Hmm, ngga apa kok, ayo masuk,” jawab Ella
“Ayok,” kata Hestin
“Ya ayok Tiin, kita bertiga kan uda di depan kamu,” kata Zza sambil membalikkan badannya yang tadi berjalan di depan Hestin.
“Hehe, maksudku sodara sepupuku,” jawab Hestin cengengesan sambil menunjuk kearah cowok yang mengikuti Hestin yang dianggap sahabat-sahabatnya itu adalah pencopet, penculik cewek cantik, atau bangsa kriminal lainnya.
“Heeii,” sapa sodara Hestin dengan melambaikan tangannya dan tersenyum norak.
Anisa, Ella dan Zza bengong melihat ekspresi sodara sepupu Hestin yang agak genit. Mereka berlima kemudian berjalan masuk kedalam ruang tunggu.
***
“Tin, Kamu kok nggak bilang ke kita sih kalau mau ngajak sodara kamu ?” Tanya Zza
“Aduh maaf Zza, soalnya ini darurat banget, tadi pagi orangtua dia tuh datang ke rumahku. Trus nitipin dia tuh gara-gara orangtua dia mau umrah,” jawab Hestin
“Idiiih, udah gede dititipin segala, trus kenapa ikut ?”
“Dia pengen ikut Zza, kata dia, dia seumur hidup belum pernah ke Yogya, gitu… Makanya aku ngga tega kalau mau menolak keinginannya. Lagian kalau ga diturutin, dia tuh bakal menghantuin aku selama liburan sama kalian,”
“Hmmm.. Jadi sekarang ceritanya dia ga ngehantuin kamu tapi malah membayangi kamu gitu Tiin ? Hmm ya sudahlah tak apa..”
Tiba- tiba sodara sepupu Hestin mengulurkan tangannya kepada Zza yang duduk disamping Hestin.
“Kenalin, aku Jo.. Nama lengkapnya Johan,” sambil mengedipkan salah satu matanya dengan tatapan mengoda.
“Izza, panggil aja Zza,” jawab Zza sambil menangkupkan tangannya di depan dada.
“Bukan muhrim,” lanjut Zza
“Oh iya ngga apa. Btw bapak kamu dokter jantung ya ?”
“Ngga tuh,” jawab Zza sambil nyengir
“Tapi kok jantungku jadi berdebar-debar ya ada di deket kamu,” lagi-lagi Johan menunjukkan muka genitnya yang mungkin membuat cewek yang liat malah koma tiga hari tiga malam.
“Haaah, ngga nyambung tau,” jawab Zza jutek
“Eh, keretanya udah datang tuh,” teriak Ella
“Ayok cepetan,” teriak Zza sambil mengangkat barang bawaannya.
Mereka kemudian naik ke dalam kereta yang menuju ke kota pelajar itu.
***
Lima jam berlalu.. Sampailah mereka di kota yang dipimpin oleh Hamengku Buwono itu.
“Capeekk,” keluh Anisa turun dari kereta.
“Hmm, ini belum seberapa, besok kita bakal teler nih keliling ni kota,” jawab Hestin
Sementara Ella dan Zza hanya menunjukkan wajah galaunya karena setengah perjalanan mereka berdiri.
“Penginapan Rorojonggrang itu jauh ngga dari sini ?” Tanya Zza pada Hestin
“Ngga kok Zza, kata nyokap sih deket dari stasiun, “
“Tapi kan nyokap kamu sepuluh tahun yang lalu ke penginapan itu, kalau penginapan itu ternyata sudah bangkrut atau pindah gimana ? Masak kita sewa hotel sih ? kan mahal,”
“Bentar aku Tanya tukang becak itu yah,”
Hestin menghampiri tukang becak yang mangkal di sekitar stasiun itu.
“Permisi  Pak, numpang tanya,”
“Iya Ngger, ada yang bisa bapak bantu ?”
“ Bapak tahu alamat penginapan Rorojonggrang ?”
Bapak paruh baya itu sedikit terperanjat kaget mendengar pertanyaan Hestin, kemudian dia memandang Hestin. Hestin tak mengerti kenapa orang tua itu memandanginya aneh, Hestin hanya berfikir mungkin orang ini aneh melihat orang asing yang cantik seperti dia.
“Ada apa Ngger ?”
“Kami mau menginap di tempat itu Pak, kata ibu saya penginapan itu murah, jadi pas untuk kantong siswa seperti kami,” jawab Hestin seaadanya.
“Penginapan itu ada di ujung gang belakang stasiun Ngger, tapi sepertinya sudah lama penginapan itu jarang pengunjungnya,”
“Ooh, di sana ya Pak ?? Ya sudah Pak, maturnuwun,” kata Hestin seraya pergi meninggalkan Tukang becak paruh baya itu.
Hestin kembali kepada teman-temannya, kemudian ia menunjukkan arah ke penginapan itu. Akhirnya mereka dapat menemukan penginapan kecil itu. Mereka disambut dengan sepasang patung Reco Penthung, selanjutnya mereka terperanjat dengan pesona paras putri cantik dalam lukisan yang tergantung di tembok tua lobby penginapan itu. Dari dalam seorang ibu paruh baya menyambut kami dengan sangat ramah.
“Haduuh, ada tamu to… Ada yang bisa ibu bantu Nak ??” tanya ibu itu dengan lagam medhoknya.
“Iya Bu, Kami ingin menginap disini selama kami liburan di sini Bu,” jawab Zza
“Ooh.. Iya, dari mana ini Nak ?” tanya wanita berkebaya putih itu
“Kami dari Kediri Buu, kami memesan 3 ruang kamar ya Bu,” jawab Ella
“Oooh, injeh,” jawab Ibu itu..
“Mari, monggo,” lanjut ibu itu sambil menunjukkan dimana kamar kami.
Malam itu kami tertidur pulas karena lelah dalam perjalanan, dan mempersiapkan hari esok untuk berwisata.
***
Kukuruyuuukkk… Suara jago berkokok bersahut-sahutan…
Ella terbangun, sedangkan Zza yang tidur disampingnya masih memeluk gulingnya yang basah karena ilernya. Ella keluar dari kamar, ia melihat pintu kamar Hestin dan Anisa masih tertutup, berarti mereka juga masih tidur. Ella berjalan menuju ruang utama yang juga dijadikan ruang makan penginapan ini yang terletak persis ditengah-tengah bangunan kuno ini. Ruangan ini memanjang kesamping dan terdapat jendela besar ditembok samping itu. Ella berjalan menuju jendela itu, kemudian ia membukanya, menghirup udara yang masih segar, membuat setiap orang akan betah tinggal di situ.  Remang-remang ia mendengar alunan gamelan yang sangat khas di kota ini. Tiba-tiba ia dikagetkan dengan tangan yang menyentuh pundaknya.
“Ndok, kok sudah bangun,” tanya ibu itu dengan senyum
“Iya Bu, saya mendengar gamelan Bu.. Enak sekali didengar,” jawab Ella
“Oalaah, ya tinggal di sini saja Ndok, pasti tiap hari mendengar gamelan yang merdu itu,” kata ibu itu seraya meninggalkan Ella menuju meja makan untuk menyiapkan makan.
“Hmm, ya nanti sih pengennya kuliah di sini Bu,” jawab Ella
                Ibu itu hanya diam melanjutkan kesibukannya..
                “Bu, maaf kok penginapannya sepi ya Bu ? Ibu tinggal sendiri mengurus penginapan ini ?”
                “Iya Ndok, sekarang itu penginapan gini kalah pamor sama hotel, kan di sini itu semuanya murah Ndok, ndak ada yang mewah,” jawab ibu itu dengan senyumnya yang ramah.
                Ella terdiam, tiba-tiba datang suara ribut dari dalam. Rupanya Hestin, Anisa, dan Zza sudah bangun.
                "Waah, pagi-pagi udah ada hidangan lezat nih.." kata Zza
                "Hiiih, emang kamu udah cuci muka ? gosok gigi ?" tanya Anisa pada Zza
                Hestin ikut membantu Bu Surti pemilik penginapan itu bersama Ella. Sedangkan Zza dan Anisa menuju ke kamar mandi. Tidak lama kemudian Hestin, Zza, Ella, dan juga Anisa sudah duduk di kursi masing-masing.
                "Mari makaaan," teriak Zza semangat
                Tiba-tiba Johan datang...
                "Heii, aku kok ngga diajak sih ?" kata Johan sembari mangambil kursi dan duduk disamping Zza.
                "Siapa suruh bangun siang ?" jawab Zza sewot
                Johan hanya tersenyum, kemudian dia berkata pada Zza.
                "Kamu cepetan makan gih, ntar gak enak badan loh kalau telat makan,"
                "Lebih gak enak kalau kamu tanyain," jawab Zza sewot
                Johan malah bengong menunjukkan wajah bodoh seperti penderita syndrom.
***
                Mereka keluar dari penginapan dan menuju ke tempat wisata pertama, yaitu ke Monumen Jogja Kembali, mereka berjalan-jalan sampai puas. Perjalanan mereka penuh dengan canda dan tawa ceria, sedikit diwarnai gombalan Johan yang selalu di jawab sewot oleh Zza, menambah kesan perjalanan mereka.
                "Zza, kamu punya uang recehan ?" tanya Johan pada Zza
                "Buat apa ?"
                "Buat parkir di hati kamu,"
                "Hadeeh, perasaan juga udah ada tulisan "DILARANG PARKIR DI DEPAN PINTU", haaah, gimana sih," jawab Zza
***
                Selanjutnya mereka menuju ke malioboro, pasar yang menyediakan aneka batik dan kreasi unik lainnya disini.  Hestin dan teman-tenmannya menghabiskan waktu paling lama disini, mereka shopping dan membelikan oleh-oleh untuk keluarga mereka di rumah. Setelah puas dan merasa berat membawa barang bawaan, mereka memutuskan untuk kembali ke penginapan dan sebelumnya mereka mampir ke candi prambanan. Mereka sangat antusias masuk ke candi peninggalan sejarah ini. Dan mereka sempt takjub melihat patung yang katanya adalah patung Rorojnggrang yang masih sangat terlihat cantik sekali.
                "Cantik banget yah," kata Ella memandangi patung itu
                "Iya laah, secara putri gitu loh," jawab Anisa
                Sementara itu Zza, Hestin dan Johan malah asyik berfoto ria.
                Selanjutnya mereka pulang menuju penginapan di malam hari, mereka kembali disambut senyuman wanita cantik dalam lukisan yang tergantung di lobby itu. Bu Surti pun keluar.
                "Bagaimana jalan-jalannya ?" tanya dia
                "Hmm, seru Bu," jawab Zza sekenanya
                "Bu, itu putri siapa sih Bu, legenda dari mana ?" tanya Ella tiba-tiba sambil menunjuk kearah lukisan itu.
                "Ooh itu, itu keponakan Ibu, tapi dia sudah lama tiada,"
                "Maaf Bu," kata Ella
                "Ndak apa-apa Ndok, sudah sana istirahat,"
                "Iya Bu,"
                Kemudian mereka berlima masuk kedalam kamar masing-masing, mereka berlalu. Lukisan wanita cantik mengenakan pakaian ala keraton itu pun meneteskan air mata darah dari matanya.
***
                Ella ketakutan dan menggigil di sudut kamar, ia merasa melihat ada seorang gadis yang ketakutan dan berlari kemana pun kakinya melangkah menghindari kejaran lelaki yang menginginkan kegadisannya. Namun apa daya gadis itu terjatuh dan dibawa lari oleh lelaki itu dan lelaki itu membunuhnya. Mayat gadis itu ia simpan di tempat bekas sumur tua yang sudah tak berfungsi dan menutupnya dengan batu besar.
                "Aaaaaaaaaa," Ella menjerit
                Zza terbangun, dan menbangunkan Ella.
                "Laaa, bangun, kamu kenapa ??" Zza membangunkan Ella sambil menggoyang-goyangkan badanya.
                Ella terbangun, namun ketika ia membuka matanya, ia kembali menjerit.
                "Aaaaaa, itu Zza dibelakang kamu,"
                "Astaghfirullahhal'adziim," seru Zza terhentak
                Zza terbelalak kaget melihat sosok wanita yang mukanya sudah hancur dengan mengenakan pakaian keraton. Kulit yang pucat pasi dan bagian tangan dan kaki yang mengeluarkan darah membuat Zza dan Ella sangat ketakutan.
                "Kamu siapa ?" tanya Zza
                "Aku wanita dalam lukisan itu, tolong aku.. Keluarkan aku dari tempat gelap itu," sosok itu pun menghilang.
                Esok harinya Ella dan Zza menceritakan hal itu pada teman-temannya dan Bu Surti pemilik penginapan itu. Mereka mencari sumur tua yang ada dalam mimpi Ella. Akhirnya mereka menemukan sebuah sumur tua di kebun belakang penginapan milik Bu Surti itu yang ternyata Bu Surti juga tahu kemana perginya keponakannya yang telah lama menghilang. Sumur itu dibuka dan ditemukan tulang belulang milik Andhini keponakan Bu Surti yang menjadi penari pada masa hidupnya. Tulang belulang itu dikuburkan secara wajar, setelah itu penginapan kecil itu ramai kembali. Ternyata gamelan yang didengar Ella tempo hari adalah musik iringan tarian dimana Andhinilah yang menjadi sang penari.
                Ella dan teman-temannya kembali pulang ke Kediri membawa sejuta kesan dan cerita yang sangat sulit dilupakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar